Ide Bisnis

Tuntut Upah Minimum, Demo ke Dinsosnaker

Kamis, 08 April 2010

SIDOARJO - Ratusan buruh PT Surya Alam Tunggal kemarin (7/4) memenuhi jalan di depan Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Sidoarjo. Buruh yang tergabung dalam Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia-Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (SPBI-KASBI) itu datang dengan membawa spanduk dan berbagai poster.

Isinya menuntut Dinsosnaker agar memperhatikan nasib mereka terkait dengan pabrik tempat mereka bekerja. Ada 14 tuntutan yang disuarakan para buruh. Salah satunya soal upah minimum kabupaten (UMK).

Heri K., salah seorang perwakilan buruh, menyatakan bahwa PT Surya Alam Tunggal yang bergerak di bidang pengepakan udang tidak pernah mematuhi UMK. Gaji pegawai selalu di bawah UMK. Selain itu, upah lembur pegawai dibayar seenaknya.

Hal itu dibenarkan oleh Done Maun. Pria yang telah bekerja selama lima tahun di PT Surya Alam Tunggal tersebut mengatakan bahwa gaji di pabriknya bervariasi. Mulai Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu. Buruh digaji per hari. Saat Minggu, mereka tidak digaji.

Berdasar UMK, seharusnya gaji mereka Rp 33 ribu. ''Kalau dibayar bulanan dan Minggu dihitung, seharusnya Rp 38 ribu per hari,'' terangnya.

Bukan hanya itu, uang lembur juga sangat kecil. Yaitu, sekitar Rp 3 ribu per jam. Menurut Maun, uang tunjangan hari raya (THR) di perusahaannya juga tidak jelas. Untuk pegawai yang sudah bekerja selama sepuluh tahun lebih, THR-nya Rp 300 ribu, sedangkan yang kurang dari sepuluh tahun hanya Rp 250 ribu ke bawah. Itu pun ada yang dapat, ada yang tidak.

Menanggapi hal itu, Kasubdin Hubungan Industrial dan Ketenagakerjaan Dinsosnaker Djody Koeshermanto mengatakan, Dinsosnaker sebenarnya sudah turun ke lapangan. Dia membenarkan adanya temuan-temuan seperti yang disampaikan oleh para buruh tersebut.

Untuk itulah, Dinsosnaker sudah memberikan nota kepada PT Surya Alam Tunggal. ''Intinya, kami meminta agar perusahaan tersebut menjalankan kewajiban sesuai dengan aturan,'' terang Djody. (sha/c6/ib)(jawapos)

Info: Jasa Pembelian Domain dan WebHosting

Rabu, 13 Januari 2010

Judul: Jasa Pembelian Domain dan WebHosting
Keterangan: Kami menerima jasa registrasi nama domain baru gTLD (.com, .net, .org, dan sebagainya) untuk bisnis Anda dengan biaya Rp. 70.000,- tahun pertama dan Rp. 90.000,- /tahun untuk tahun berikutnya. Kami juga melayani jasa registrasi dan pengurusan untuk pembelian/penyewaan nama domain lokal / ccTLD (.co.id, .go.id, .sch.id, .web.id).
Kategori: Online
Nama: Sugeng Kurniawan
Email: bisnisjatim@yahoogroups.com
Url: http://www.bisnisbekas.com/
--
Visitor Ip: 125.167.22.227

Info: Saya dibayar $10-$15

Jumat, 08 Januari 2010

Judul: Saya dibayar $10-$15
Keterangan: Dimana Lagi bisa dibayar $10-$15
Tanpa perlu rekrut orang, Mau?
http://www.gogonai.info/?id:chayli

Salam Sukses

Wijayanti
Supervisor
http://www.gogonai.info/?id:chayli
Kategori: Make Money, Business Online
Nama: wijayanti
Email: wijayanti.iklan@gmail.com
Url: http://www.gogonai.info/?id=chayli
--
Visitor Ip: 125.160.230.222

Dwi Cahyono, Pebisnis sekaligus Kreator Suvenir Khas Malangan

Selasa, 05 Januari 2010

Malang - Dwi Cahyono, Pebisnis sekaligus Kreator Suvenir Khas Malangan. Tembus Omzet Puluhan Juta, Mimpikan Sentra Khusus

Pengembangan Malang sebagai Kota Pariwisata memunculkan sektor bisnis lain. Yang tengah booming sekarang ini, misalnya, tangan-tangan terampil dengan membuat suvenir. Setidaknya, ada orang-orang yang kreatif menciptakan suvenir tersebut. Produk itu berupa t-shirt yang diorientasikan sebagai cindera mata khas Malang.
--
Beragam tulisan parodi terpampang di atas media t-shirt. Tulisan dengan nada sindiran, lelucon tersebut terkadang cukup menggelitik. Seperti halnya, Orang Malang Dilarang Melintang dan "Betjak" Kendaraan Roda Tiga Berbahan Bakar Sego Pecel. Ada juga ide-ide tematik di bidang transportasi dengan kata-kata yang diplesetkan. Sebut saja, Ferrari menjadi Terrasi dan Jagguar menjadi Jaguan.

Produk lain seperti bakiak yang diberi tulisan Alat Komunikasi Jika Suami Pulang Larut Malang.

Kalimat tersebut hanya sebagian kecil dari kreativitas Dwi Cahyono, pemilik gerai Intip Supenir Malang di RM Inggil. "Saya juga bikin t-shirt yang dengan desain peta Malang zaman 1945 dulu. Lengkap dengan denah lokasi berbahasa Belanda. Desain peta ini biasanya disenangi wisman (wisatawan mancanegara), khususnya asal Belanda," ucap Dwi, saat ditemui di gerainya, kemarin siang.

Dua produk "buah tangan" itu menjadi andalan yang disediakan bagi para wisatawan. Tak hanya tamu-tamu domestik, tapi juga wisman. Dengan harga yang relatif terjangkau, t-shirt di kisaran Rp 65 ribu dan bakiak Rp 25 ribu, produk tersebut laris manis. Saat masa high season, bisa laku sampai dengan 400 unit. Atau, naik sampai dua kali lipatnya dibandingkan bulan-bulan kunjungan normal yang hanya di kisaran 200 unit. Itu khusus t-shirt saja.

Inspirasi pendirian suvenir itu berawal dari keresahannya setiap kali ada wisatawan datang ke Malang, dan mempertanyakan tempat untuk pembelian cindera mata. Namun, sering kali wisatawan yang kebetulan singgah makan di RM Inggil miliknya malah berujung kekecewaan. Jangankan bisa membelinya, untuk menemukan tempat jualnya saja para wisatawan itu mengalami kesulitan.

"Berawal dari kesedihan saya sebagai pelaku wisata di Malang yang sering disambati para pengunjung, maka saya membuka suvenir shop tersebut," ucapnya. Apalagi para pengunjung saat berwisata waktunya juga terbatas. Sehingga untuk menghemat waktu itu, Dwi lantas merealisasikan idenya yang sudah dipendam bertahun-tahun. Sekarang sudah sekitar satu tahun bisnis tersebut berjalan.

Tak berhenti di situ, untuk mengakomodasi sebagian wisatawan yang ingin tahu cara pembuatannya, maka di lantai dua disediakan tempat workshop. Di tempat tersebut, ditunjukkan cara singkat bagaimana membuat sablon t-shirt. "Para pengunjung juga bisa memesan desain sendiri yang disukai. Kami membebaskan mereka (pengunjung) berkreasi," tambah wakil Kadin (Kamar Dagang Industri) Kota Malang tersebut.

Bahkan, Dwi juga mengagendakan, minimal dua kali dalam sebulan menyuguhkan cara pembuatan topeng Malangan. Karena, tak sedikit wisatawan yang dibuat penasaran cara pembuatan topeng itu. "Kalau wisatawan diajak ke tempat pembuatannya, ke Pakisaji sana, kan jauh. Jadi dengan mengundang senimannya, bisa mengobati rasa ingin tahu wisatawan," tuturnya.

Bisnis suvenir, kata dia, menawarkan prospek pendapatan cerah. Untuk itu, tak sedikit pula masyarakat Malang yang kini ikut-ikutan menggarapnya. Menanggapi hal ini, Dwi malah menyatakan kegembiraannya. Karena mimpinya, Malang bisa memiliki satu kawasan yang khusus untuk menjual suvenir khas Malangan. Semakin banyak, nantinya, para produsen akan lebih kreatif.

"Saya tidak merasa tersaingi. Bukan merebutkan kue, tapi malah memperbesar kue. Katakanlah begini, meski pebisnis suvenir bermunculan, nyatanya tak menggoyang omzet. Malah makin naik," katanya seraya menyebut omzet per bulannya bisa mencapai Rp 50 jutaan. (hap/lia)

Info Bisnis Jatim Lainnya